Skip to main content

JAKARTA, MENARA 165 – Bleketepe adalah tradisi peninggalan dari Ki Ageng Tarub atau Joko Tarub, salah satu leluhur dinasti Mataram sejak abad 17 lalu. Saat ingin mengawinkan anaknya Dewi Nawangsih dengan putra kandung Brawijaya, Bondan Kejawan atau Lembu Peteng. Karena rumah Ki Ageng Tarub ini kecil dan tidak dapat memuat semua tamu, maka Ki Ageng Tarub membuat peneduh dari anyaman daun kelapa agar tamu di luar rumah diteduhi dengan daun kelapa buatannya.

Bleketepe terbuat dari daun kelapa yang masih hijau dengan dimensi ukuran 50×200 cm. Pemasangan bleketepe juga diiringi dengan pemasangan tuwuhan.

Baca Juga: Cara Menabung untuk Menikah

Makna Bleketepe

Pemasangan Bleketepe merupakan perwujudan dari pencucian di kahyangan para dewa yang dinamakan Bale Katapi.

Bale memiliki arti tempat, sedangkan Katapi memiliki arti memisahkan kotoran kemudian dibuang berasal dari kata Tapi. Dengan demikian Bleketepe memiliki arti orang tua pengantin yang mengajak pasangan pengantin untuk menyucikan diri.

Baca Juga: Konsep Menggelar Pernikahan Syar’i

Filosofi Tuwuhan

Jika bleketepe memiliki arti kerjasama antara orang tua dan calon pengantin. Lain halnya dengan tuwuhan, ia memiliki arti harapan orang tua kepada pengantin agar segera mendapatkan keturunan.

Tuwuhan terdiri dari pisang raja, tebu wulung, cengkir gadhing, daun randu dan aneka dedaunan.

Pisang Raja, Pisang raja yang digunakan adalah pisang raja yang sudah dimasak berikut dengan tangkai buah dan bunganya. Raja (pisang) merupakan lambang penguasa di bawah Tuhan Yang Maha Kuasa dan luhur budinya.

Pisang raja yang sudah dimasak (matang) memiliki arti harapan agar anak yang dinikahkannya memiliki jiwa yang matang dan siap menjadi orang tua. Buah pisang sendiri memiliki arti harapan agar segera mendapatkan keturunan.

Tebu Wulung, jika diartikan secara harfiyah tebu wulung artinya tebu yang berwarna biru kehitaman. Tebu adalah bahan baku gula, dengan demikian tebu memiliki arti doa dan permohonan agar kelak kedua mempelai dikaruniai kehidupan yang manis (baik) lahir dan batin. Wulung yang diartikan biru kehitaman adalah simbol kedewasaan jiwa.

Dengan demikian tebu wulung memiliki arti do’a dan harapan agar kedua mempelai dapat memenuhi kewajibannya sebagai orang tua.

Baca Juga: Tiga Alasan Untuk Tidak Menunda Pernikahan

Cengkir Gadhing, adalah kelapa muda jenis kelapa gadhing yang berwarna kuning gadhing. Cengkir adalah simbol rahim dan gadhing adalah simbol warna yang baik dan indah.

Dengan demikian cengkir gadhing melambangkan rahim yang suci. Wujud harapan dan keselamatan rahim demi kesehatan dan keselamatan keturunan.

Pemasangan bleketepe dan tuwuhan sendiri merupakan penanda dalam adat Jawa bahwa pemilik rumah memiliki niatan hajat.

Bleketepe dan tuwuhan merupakan warisan budaya Indonesia yang sudah seharusnya kita jaga dan lestarikan. Laju derasnya perkembangan zaman, banyaknya pembaharuan, tak semestinya menjadikan kita lupa akan warisan leluhur kita.

Sumber;

kanjengwin.com/macam-macam-tuwuhan/

www.fimela.com/lifestyle-relationship/read/3775042/makna-dan-filosofi-bleketepe-dalam-pernikahan-adat-jawa

indonesiainside.id/lifestyle/2020/02/13/ini-makna-dan-simbol-bleketepe-dalam-tradisi-pernikahan-adat-jawa

Leave a Reply